BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori kognitif diawali oleh
perkembangan psikologi gestalt yang dipelopori oleh Marx Wertheimer, walau
sebenarnya seperti halnya dengan teori behaviorisme, kehadirannya dapat dirunut
kebelakang ke masa Yunani kuno, berawal dari filsafat Plato dan Aristoteles.
Namun, yang disebut sebagai pengembang teori ini adalah Jean Peaget. Tetapi,
jangan dilupakan bahwa Piaget juga memegang peranan penting dalam teori
konstruktivisme. Nama ahli lain para pionir aliran kognitivisme adalah Kurt
Lewin, Jerome S. Bruner, Robeert M. Gagne, dan David P. Ausbel.
Sesungguhnya kognitivisme lahir
merupakan respon terhadap behaviorisme, diawali oleh publikasi pada tahun 1929
oleh Bode, seorang psikologi gestalt. Ia mengkritik behaviorisme karena
bergantungannya kepada perilaku yang diamati untuk menjelaskan pembelajaran.
Pendangan gestalt tentang belajar dinyatakan dalam konsep pembelajaran yang
disebut teori kognitif.
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
landasan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan teori belajar kognitif?
2. Apa
saja jenis-jenis teori belajar kognitif?
3. Bagaimana
aplikasi prinsip kognitivisme dalam pembelajaran?
B.
Tujuan
1. Mengetahui
apa yang dimaksud teori belajar kognitif
2. Mengetahui
jenis-jenis teori belajar kognitif
3. Mengetahui
aplikasi prinsip teori belajar kognitif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Belajar Kognitivisme
Istilah cognitive berasal dari kata cognition
yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition
(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser,
1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai
salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilakumental yang berhubungan dengan pemahaman, pertmbangan, dan keyakinan.
Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan
ranah rasa (Caplin, 1972).
Istilah “cognitive of theory
learning” yaitu suatu bentuk teori belajar yang berpandangan bahwa belajar
adalah merupakan proses pemusatan pikiran (kegiatan mental) (Slavin (1994).
Teori belajar tersebut beranggapan bahwa individu yang belajar itu
memiliki kemampuan potensial, sehingga tingkah laku yang bersifat kompleks
bukan hanya sekedar dari jumlah tingkah laku yang sederhana, maka dalam hal
belajar menurut aliran ini adalah mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon. Lebih dari
itu, belajar juga melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Yang
menjadi prioritas perhatian adalah pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru
bisa berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya dikuasai oleh masing-masing
individu.
B.
Jenis-Jenis Teori Belajar Kognitif
1. Teori
Kognitif Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman
yang padanan artinya bentuk atau konfigurasi. Dalam dunia psikologi gestalt
dimaknai sebagai kesatuan atau keseluruhan yang bermakna (a unified or meaningful whole). Pokok pandangan gestalt adalah
bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan
yang terorganisasi. Berbeda dengan pandangan behaviorisme yang berasumsi adanya
perilaku molekular, pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.
Perilaku molekular bersifat mekanistik-otomatis dan menitikberatkan kepada
perilaku dalam bentuk konstraksi otot atau keluarnya kelenjar (ingat bahwa objek
penelitiannya berupa binatang). Sedangkan perilaku molar adalah perilaku dalam
keterkaitan dengan lingkungan luar.
Peletak dasar teori gestalt adalah
Marx Wertheimer yang meneliti tentang pengamatan terhadap apa yang sering kita
alami, tetapi bukan merupakan bagian dari sensasi kita yang sederhana. Berbeda
dengan penganut aliran behaviorisme pada saat itu, Wertheimer lebih memberikan
penekanan kepada keseluruhan, whole. Keseluruhan jauh lebih penting daripada
jumlah semua bagian. Perilaku tidak ditentukan oleh salah satu unsur
individual, perilaku ditentukan oleh sifat intrinsik dari keseluruhan. Gagasan
pokok dari teori gestalt yaitu pengelompokan (grouping). Pentingnya grouping
dijelaskan melalui hukum gestalt:
a. Proximity,
kedekatan, objek yang berdekatan satu sama lain cenderung mengelompok;
b. Symmetry,
simetri, atau similarity, kesamaan, makin mirip suatu objek makin cenderung
mereka mengelompok;
c. Good continuation,
kesinambungan, objek yang membentuk garis sambung cenderung mengelompok.
2. Teori
Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan
sistim syaraf. Dengan semakin bertambahnya usia sesesorang maka semakin komplekslah
susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
Menurut Piaget proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap
tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Penjenjangan ini bersifat
hirarkis artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan orang tidak
dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Di sini terdapat
empat macam jenjang, mulai jenjang sensomotorik (0 – 2 tahun) yang bersifat
eksternal, pre-operasional (2 – 6 tahun), operasional konkrit (6/7 – 11/12
tahun) dan jenjang formal (11/2 – 18 tahun) yang bersifat internal (mampu
berfikir abstrak atau mengadakan penalaran). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat perkembangan individu tersebut pada 4 tahapan. Yang
pertama adalah sensori motor, yakni perkembangan ranah kognitif
yang terjadi pada usia 0 – 2 tahun. Yang kedua adalah pre-operational,
yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2 – 7 tahun. Yang
ketiga adalah concrete operational, yakni perkembangan ranah
kognitif yang terjadi pada usia 7 – 11 tahun. Yang terakhir adalah formal
operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11
sampai dewasa awal (Slavin, 1994:14).
3. Teori
Kognitif Jerome S. Bruner
Dalam pembahasan perkembangan kognisi, Bruner menekankan pada adanya
pengaruh kebudayaan pada tingkah laku seseorang. Bila Piaget menyatakan bahwa
perkembangan kognitif berpengaruh pada perkembangan bahasa seseorang, maka
sebaliknya Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya
terhadap perkembangan kognisi.
Menurut Bruner, perkembangan kognisi seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh cara dia melihat lingkungannya. Tahap pertama
adalah tahap en-aktif, di mana individu melakukan aktivitas-aktivitas untuk memahami
lingkungannya. Tahap kedua adalah tahap ikonik di mana ia melihat dunia atau
lingkungannya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal. Tahap terakhir
adalah tahap simbolik, di mana ia mempunyai gagasan secara abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika; komunikasi dilakukan dengan bantuan sistem
simbol. Makin dewasa makin dominan pula sistem simbol seseorang.
C.
Aplikasi Prinsip Kognitivisme
Ada dua
kajian mengenai teori kognitif yang penting dalam perancangan pembelajaran,
yaitu: (1) teori tentang struktur representasi kognitif, dan (2) proses ingatan
(memory). Struktur kognisi didefinisikan sebagai struktur organisasional yang
ada dalam ingatan seseorang ketika mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan
yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Proses ingatan merupakan
pengelolaan informasi di dalam ingatan (memory) dimulai dengan
proses penyandian informasi (coding), diikuti penyimpanan informasi (strorage),
dan kemudian mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah di simpan
dalam ingatan (retrieval).
Dengan adanya
konsep tersebut, maka sebagai kata kunci dalam teori psikologi kognitif adalah
“Information Processing Model” yang mendeskripsikan: proses
penyandian informasi, proses penyimpanan informasi, dan proses pengungkapan
kembali suatu informasi atau pengetahuan dari konsepsi pikiran. Model
tersebut akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar riset atau
pembahasan mengenai psikologi pendidikan atau pembelajaran. Jadi, dalam model
ini peristiwa-peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi
informasi dimulai dari input (masukan) berupa stimulus hingga menjadi
output (keluaran) berupa respon (Slavin, 1994).
Dengan
demikian, fokus pada masalah belajar adalah: suatu kegiatan berproses, dan selanjutnya
suatu perubahan bertahap. Dalam tahap pengelolaan informasi yang berasal dari
stimulus eksternal, Bruner menyampaikan tahap tersebut menjadi tiga fase
dalam proses belajar, yaitu: (1) fase informasi, (2) fase transformasi, dan (3)
fase evaluasi (Barlow, 1985). Dan menurut Witting (1981) setiap proses belajar
akan selalu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu: (1) Acquisition
(tahap perolehan atau penerimaan informasi), (2) Storage (tahap penyimpangan
informasi), dan (3) Retrieval (tahap menyampaikan kembali informasi).
Dan untuk mengaplikasikannya dalam proses belajar dan pembelajaran meliputi:
(a) pembelajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila
pelajaran tersebut disusun dalam pola dan logika tertentu, (b) penyusunan
materi pelajaran harus dari yang sederhana ke yang rumit, (c) belajar dengan
memahami lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian
penyajian, dan (d) adanya perbedaan individual pada pembelajar harus
diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Penutup
Penyampaian
informasi atau materi pelajaran dalam proses belajar mengajar menurut sudut
pandang kognitif, yaitu suatu cara untuk mengembangkan ranah cipta siswa
agar berfungsi secara optimal. Pengembangan ranah cipta (kognitif) dalam
proses belajar mengajar tersebut dipandang vital dan strategis, karena ranah
inilah yang paling dominan dalam kejiwaan. Ranah psikologis yang bermarkas di
dalam otak ini merupakan sumber dan sekaligus pengendali ranah-ranah
psikologis lainnya, yakni ranah rasa (afektif) dan ranah karsa (psikomotorik).
Otak dengan segala perangkatnya yang sifatnya unik dan rumit tidak hanya
berfungsi sebagai mesin penggerak aktivitas akal semata, tetapi juga sebagai
menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Suyono & Hariyanto. 2014. Belajar
dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Chaplin, J. P. 1972. Dictionaryof Psycology. New
York: Dell Publishing Co. Inc.
Dahar, Ratna Willis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi PPLPTK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar